Rabu, 08 Oktober 2014

ISLAM SEBAGAI ILMU

Diposting oleh BelajarAsik di 09.33
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“ISLAM SEBAGAI ILMU”





Disusun Oleh :
Nama              : Afinda Nofi Nurfiyana
NIM                : 5302414041
Prodi               : PTIK
Jurusan          : Teknik Elektro
Fakultas         : Teknik

 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG







KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Islam sebagai Ilmu” tanpa ada halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.
Dalam Penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mukhamad Shokheh selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, serta keluarga dan kerabat penulis yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis berharap kritik dan saran semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan seluruh pembaca pada umumnya.



Semarang, Oktober 2014


Penulis












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I.                   BAB I
PENDAHULUAN

II.                BAB II
PEMBAHASAN
a.       ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA
b.      KEDUDUKAN ILMU MENURUT ISLAM
c.       MEMAHAMI ISLAM SECARA KOMPREHENSIF
d.      ISLAM SEBAGAI ILMU

III.              BAB III
PENUTUP
a.       KESIMPULAN
b.      SARAN
DAFTAR PUSTAKA













BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu secara terminologi merupakan pengantar bagi pencapaian manusia dalam tingkatannya, tergantung seberapa besar kuantitas dan kualitas ilmu tersebut dicapai menuju kesempurnaan yang menjadi dambaan bagi seluruh manusia.
Teori pengetahuan menurut Islam tidak hanya menonjolkan sudut pandang yang khusus dari mana kaum Muslim memandang ilmu, akan tetapi juga menekankan keharusan yang mendesak untuk mencari ilmu. Seperti diketahui, perintah Allah yang pertama kepada Nabi Saw yakni wahyu pertama “Iqra’’. Selain itu, Islam memandang bahwa membaca itu bukan hanya pintu menuju ilmu, akan tetapi juga cara untuk mengetahui dan menyadari tentang Allah Swt.
Islam adalah agama yang dianut oleh sebagian besar manusia di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang esensial: Berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya.
Allah berfirman,
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya.” (QS. 17:9).
Kita yakini sepenuh hati, bahwa konsep apapun di dalam Islam akan membawa pada kemaslahatan hidup di dunia dan jaminan kebahagiaan di akhirat, termasuk konsep Pendidikan.
Islam bagaikan sebuah bangunan yang sempurna dengan fondasi aqidah yang kuat dan sendi tiangnya berupa ibadah kepada Allah Swt yang diperindah dengan akhlak mulia. Sedangkan peraturan dalam syari’at Allah adalah yang memperkuat bangunan tersebut. Manakala dakwah dan jihad merupakan pagar-pagar yang menjaga dari kerusakan musuh-musuh Islam.
Islam memperhatikan suatu keseimbangan dimana Islam sebagai ad-diin, tidak hanya mengejar kepentingan akhirat, tapi juga kepentingan dunia. Islam menggambarkan suatu keutuhan dan kesatuan dengan berbagai aspek. Kesempurnaan Islam digambarkan dengan pengertian ad-Diin itu sendiri dimana Islam memperhatikan perdamaian, kehidupan yang zuhud, optimisme, mencari kepentingan dunia, mengatur kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan dunia secara keseluruhan.
Pada satu tingkat, memahami Islam adalah urusan yang sederhana. Islam bertujuan menciptakan “perdamaian” melalui kepasrahan kepada “kehendak Illahi” inilah hakikat makna Islam. Tujuan ini dicapai melalui keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan mengakui kerasulan Muhammad Saw yang diikrarkan melalui dua kalimah Syahadat. Aspek-aspek ritual keimanan, yang kita kenal dengan Rukun Iman dikemas dalam ibadah-ibadah pokok yang dikenal sebagai Rukun Islam.


Di dalam makalah Islam Sebagai Ilmu ini, penulis akan mengulas sedikit tentang Islam yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Dibahas juga tentang kedudukan ilmu menurut islam, memahami islam secara komprehensif. Selanjutnya mengulas tentang Islam sebagai Ilmu.

























BAB II
PEMBAHASAN

A. ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA
Islam adalah agama yang sempurna. Sempurna dalam tempat (Syumuliyah al-Makaan), sempurna dalam waktu (Syumuliyah Az-Zaman) dan sempurna dalam minhaj/pedoman (Syumuliyah al-Minhaj).
- Sempurna dalam tempat maksudnya semua tempat di muka bumi ini adalah tempat yang sesuai dengan Islam. Demikian pula, siapapun orangnya dan dari mana asalnya tetap di bawah naungan Islam. Semuanya itu adalah ciptaaan Allah yang satu, sehingga semua ciptaan-Nya diketahui oleh Sang Pencipta. Satunya pencipta berarti satunya makhluk atau alam, maka Islam sesuai dengan semua ciptaan-Nya. Quraish Shihab menyebutnya, Universalisme Islam.
- Islam sempurna dalam waktu, maksudnya adalah bahwa Risalah Islam abadi sepanjang masa. Mulai dari Nabi Adam AS, sampai kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi. Dan Islam ini tetap sesuai dengan kebutuhan manusia hingga akhir zaman. Karena Islam bukan buatan Para Nabi, tetapi buatan yang membuat manusia, sehingga sesuai dengan fitrah manusia.
- Islam sebagai minhaj yang sempurna didasari kepada asas akidah, dibina dari akhlak dan ibadah kemudian didukung oleh dakwah dan jihad. Asas dari Islam adalah aqidah. Ini merupakan dasar dari bangunan Islam. Tanpa akidah maka tidak akan kuat, seperti halnya rumah yang tanpa fondasi.
Islam bagaikan sebuah bangunan yang sempurna dengan fondasi aqidah yang kuat dan sendi tiangnya berupa ibadah kepada Allah Swt yang diperindah dengan akhlak mulia. Sedangkan peraturan dalam syari’at Allah adalah yang memperkuat bangunan tersebut. Manakala dakwah dan jihad merupakan pagar-pagar yang menjaga dari kerusakan musuh-musuh Islam.
Islam memperhatikan suatu keseimbangan dimana Islam sebagai ad-diin, tidak hanya mengejar kepentingan akhirat, tapi juga kepentingan dunia. Islam menggambarkan suatu keutuhan dan kesatuan dengan berbagai aspek. Kesempurnaan Islam digambarkan dengan pengertian ad-Diin itu sendiri dimana Islam memperhatikan perdamaian, kehidupan yang zuhud, optimisme, mencari kepentingan dunia, mengatur kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan dunia secara keseluruhan.
Sehingga Islam adalah agama yang komprehensif yang mengatur semua yang ada di alam ini agar kembali kepada hukum Allah, pencipta alam ini. Sehingga H.A.R Gibb di dalam bukunya Whither Islam, menyatakan “Islam is indeed much more than a system of theology,it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah sebuah peradaban yang sempurna).
Pada satu tingkat, memahami Islam adalah urusan yang sederhana. Islam bertujuan menciptakan “perdamaian” melalui kepasrahan kepada “kehendak Illahi” inilah hakikat makna Islam. Tujuan ini dicapai melalui keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan mengakui kerasulan Muhammad Saw yang diikrarkan melalui dua kalimah Syahadat. Aspek-aspek ritual keimanan, yang kita kenal dengan Rukun Iman dikemas dalam ibadah-ibadah pokok yang dikenal sebagai Rukun Islam.
Tetapi Islam tidak berhenti pada lima rukun itu saja. Ini, seperti pernah dikatakan oleh Fazlur Rahman sebagai “Islam Minimal”. Dibalik tingkat keimanan dan ritual-ritual itu, Islam merupakan suatu pandangan dunia (World View) , kebudayaan, dan peradaban yang canggih. Aspek-aspek Islam ini tampak jelas sekali dalam deskripsi Islam tentang dirinya sendiri: Din.
Karena itu, Islam bukanlah sekedar seperangkat keimanan dan ibadah, ia adalah sebuah sistem yang menyeluruh menyangkut pemikiran dan tindakan. Sebuah sistem yang memanifestasikan kebudayaannya sendiri, yang menghasilkan peradaban khasnya dan yang membentuk wawasan para penganutnya mengenai setiap aspek upaya manusia. Pada tingkat inilah, memahami Islam memerlukan lebih banyak upaya.
Juga pada tingkat inilah, tingkat yang berada di luar kesalehan individual dan pemenuhan spiritual, deklarasi keimanan diterjemahkan ke dalam aksi sosial, dan pandangan dunia Islam membentuk masyarakat dan peradaban Islam. Syahadat itu lebih dari sekedar afirmasi verbal atas keimanan: ia adalah langkah pertama dari suatu perjalanan ke arah upaya-upaya fisik, sosial, kultural, dan intelektual untuk menerjemahkan deklarasi keimanan bahwa “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya” ke dalam tindakan. Islam menuntut para pengikutnya untuk membangun kehidupan dan masyarakat mereka, pemikiran dan tindakan mereka, menurut prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran Islam.
Kuntowijoyo dalam Paradigma Islam, mengungkapkan bahwa pusat keimanan Islam memang Allah, tetapi ujung aktualisasinya adalah manusia. Dengan demikian Islam menjadikan tauhid sebagai pusat dari semua orientasi nilai, sementara pada saat yang sama melihat manusia sebagai tujuan dari transformasi nilai. Dalam konteks inilah Islam disebut sebagai Rahmatan lil’alamin, rahmat untuk alam semesta, termasuk untuk kemanusiaan. Makanya kenapa di dalam Islam, Iman senantiasa digandengkan dengan amal, tepatnya trilogi; Iman, Ilmu dan amal.
Berangkat dari hal-hal tersebut di ataslah menurut hemat penulis, Islam sangat layak dijadikan Paradigma untuk ragam diskursus pemikiran apapun, termasuk dalam hal Pendidikan yang selama ini para ahli lebih banyak memakai teori pendidikan barat. Yang bisa jadi dalam situasi dan kondisi tertentu kontraindikasi, dengan konsep Pendidikan di dalam Islam.

B.            KEDUDUKAN ILMU MENURUT ISLAM
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al-qur’an, kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani (1995; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’
Allah s.w.t berfirman dalam AL qur’an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“Allah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal ini sejalan dengan fuirman Allah:
“sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat faatir:28)
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, qur’an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam Al-qur’an sursat Thaha ayayt 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca.
 Sebagaimana terlihat dari firman Allah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1 sampai dengan ayat 5 yang artuinya:
“bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan Kamu dari segummpal darah .
Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah.
Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala .
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat –ayat trersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca, sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh, dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal, sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal.
Di samping ayat –ayat Al-qur’an, banyak nyajuga hadis yang memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) :
“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).
“Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut “(hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).
Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu, dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah.

C.            MEMAHAMI ISLAM SECARA KOMPREHENSIF
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berpendapat tentang Islam,  atau menyaksikan orang yang mengamalkan ajaran Islam. Kadang-kadang kita menyaksikan ada pendapatnya yang ekstrim, yang longgar, bahkan ada yang serba boleh. Ada juga penilaian orang luar Islam terhadap islam yang  terkesan miring bahkan negative, di samping tidak sedikit yang netral dan fair.

Untuk memahami islam secara utuh (komprehenshif), memang tidak dapat hanya dengan mengandalkan satu pendapat. Orang memahami islam dari sudut tafsir al-Qur’an  saja, tanpa mempertimbangkan hal-hal yang lain, maka keislamannya dianggap parsial. Demikian juga, mengamalkan Islam dari sudut pandang hukum fiqih semata, juga akan tidak utuh. Dengan demikian, untuk memahami islam secara benar dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu:

Pertama,  Islam harus dipelajari dari sumber yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kekeliruan memahami islam adalah karena orang yang  hanya mengenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah  jauh dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau melalui pengenalan dari kitab-kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Kedua, Islam harus dapat dipelajari secara integral, tidak parsial, artinya ia dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang bulat. Memahami Islam secara parsial akan menimbulkna sikap skeptic, bimbang, dan tidak pasti.

Ketiga, Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama’ besar, kaum zua’ma dan sarjana-sarjana Islam, karena pada umumnya mereka telah memiliki pemahaman tentang islam yang menyeluruh.




D.           ISLAM SEBAGAI ILMU
Kini kita sampai pada uraian yang menggambarkan praktik islam sebagai ilmu dalam Islamisasi ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini, terdapat sejumlah pendekatan yang dapat digunakan.

Pertama,  Islamisasi dapat dilakukan dengan cara menjadikan Islam sebagai landasan penggunaan ilmu pengetahuan (aksiologi), tanpa mempersalahkan aspek  ontologism dan epistemology ilmu pengetahuan tersebut.  Dengan kata lain, ilmu  pengetahuan dan teknologinya tidak dipermasalahkan. Yang dipermasalahkan adalah orang yang mempergunakannya. Cara ini melihat bahwa Islamisasi  ilmu pengetahuan hanya sebagai beberapa etika Islam dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan criteria pemilihan suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan dikembangkannya.

Dengan kata lain, Islamisasi pengetahuan dalam cara yang pertama ini yaitu melihat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arti produksinay adalah netral. Pengaruh keagamaan seorang yang menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi jelas amat dibutuhkan jika dipadukan dengan keahlian dan ketelitian  masing-masing.

Kedua, Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan dengan cara memasukan nilai-nilai Islami ke dalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Asumsi dasarnya adalah ilmu pengetahuan tersebut tidak netral, melainkan penuh muatan nilai-nilai yang dimasukan oleh orang yang merancangnya. Dengna demikian, islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi harus di lakukan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.

Ketiga, Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui penerapan konsep tauhid dalam arti seluas-luasnya. Tauhid bukanlah dipahami secara teocentris, yaitu mempercayai dan meyakini adanya Tuhan dengan segala sifat kesempurnaan yang dimiliki-Nya serta jauh dari sifat-sifat yagn tidak sempurna, melainkan tauhid yang melihat bahwa antara manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan segenap ciptaan Tuhan lainnya adalah merupakan satu kesatuan yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi, dan semuanya itu merupakan wujud tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan.

Keempat, Islamisasi ilmu pengetahuan dapat pula dilakukan melalui inisiatif pribadi melalui proses pendidikan yang  diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan. Dalam praktiknya  tidak ada ilmu agama dan ilmu umum yang  disatukan, atau ilmu umum yang diislamkan lalu diajarkan kepada seseorang. Yang terjadi adalah sejak kecil ke dalam diri seseorang sudah ditanamkan jiwa agama yang kuat, praktik pengalaman tradisi keagamaan dan sebagainya. 

Setelah itu, kepadanya diajarkan dasar-dasar ilmu agama yang kuat, diajarkan Al-Qur’an  baik dari segi membaca maupun memahami isinya. Selain itu juga, diajarkan  hubungan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya secara umum. Selanjutnya ia mempelajari berbagai bidang ilmu dan keahlian sesuai dengan bidang yang diminatinya.




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat disimpilkan sebagai berikut :

Islam adalah agama yang sempurna. Sempurna dalam tempat (Syumuliyah al-Makaan), sempurna dalam waktu (Syumuliyah Az-Zaman) dan sempurna dalam minhaj/pedoman (Syumuliyah al-Minhaj).
Pada satu tingkat, memahami Islam adalah urusan yang sederhana. Islam bertujuan menciptakan “perdamaian” melalui kepasrahan kepada “kehendak Illahi” inilah hakikat makna Islam. Tujuan ini dicapai melalui keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan mengakui kerasulan Muhammad Saw yang diikrarkan melalui dua kalimah Syahadat. Aspek-aspek ritual keimanan, yang kita kenal dengan Rukun Iman dikemas dalam ibadah-ibadah pokok yang dikenal sebagai Rukun Islam.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
B.     SARAN
Saran yang dapat penulias sampaikan adalah sebagai berikut :
Sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah, seharusnya kita beriman kepada semua rukun iman yang telah ditetapkan.

Untuk menjadi manusia yang lebih baik dari manusia yang lain, seharusnya kita mempelajari maupun menyeimbangkan antara ilmu urusan duniawi dan akhirat.

Menggunakan patokan yaitu islam sebagai ilmu merupakan hal yang luar biasa, oleh karena itu kita harus sungguh-sungguh agar ilmu yang kita miliki dapat bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain.









DAFTAR PUTAKA





0 komentar:

Posting Komentar

 

Afinda Nofi Nurfiyana Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting